Otoritas Terusan Suez (SCA) Mesir akan meminta kompensasi sebesar lebih dari 1 miliar dolar AS (Rp 14,5 triliun) atas kerugian yang disebabkan oleh kandasnya kapal kontainer Ever Given di jalur air itu dan memblokir jalur navigasi selama enam hari, ungkap Kepala SCA Osama Rabie.
Kompensasi atas kerugian dan kerusakan tersebut “akan mencapai lebih dari 1 miliar dolar AS,” tutur Rabie kepada stasiun televisi lokal pada Rabu, 31 Maret 2021.
“Ini adalah hak negara dan kami tidak akan melepasnya.” ucap Rabie
Kapal berbendera Panama yang memiliki bobot 224.000 ton itu kandas di jalur air Suez yang vital pada 23 Maret dan berhasil diapungkan kembali berkat upaya SCA yang bekerja sama dengan perusahaan Belanda, Boskalis, beserta tim tanggap daruratnya, SMIT Salvage, yang disewa oleh pemilik Ever Given.
Rabie menjelaskan bahwa jumlah kompensasi yang diminta oleh SCA itu tidak hanya untuk menutupi kerugian finansial yang disebabkan oleh penangguhan navigasi selama enam hari, tetapi juga mencakup biaya penggunaan kapal keruk dan kapal tunda serta biaya kerusakan fisik yang disebabkan selama proses penyelamatan itu.
Mesir membuka kembali navigasi di kanal itu beberapa jam usai kapal kontainer yang kandas itu berhasil diselamatkan pada Senin pagi, 29 Maret 2021. Pascapenyelamatan, sebanyak 422 kapal yang mengantre mulai menyeberangi jalur air tersebut.
Seluruh 422 kapal yang mengalami penundaan itu akan menyeberangi Terusan Suez paling lambat pada Sabtu, menurut Rabie.
Menghubungkan Laut Mediterania dengan Laut Merah, Terusan Suez menjadi jalur kehidupan utama bagi perdagangan lintas laut global.
Pasalnya, jalur itu memungkinkan kapal-kapal melakukan perjalanan antara Eropa dan Asia tanpa memutari Benua Afrika, sehingga dapat memangkas jarak perjalanan laut antara Eropa dan India menjadi sekitar 7.000 kilometer. Sekitar 12 persen volume perdagangan dunia melintasi kanal buatan manusia tersebut.***