Lembaga kesehatan Amerika Serikat khawatir AstraZeneca menggunakan informasi usang mengenai uji coba vaksin corona, sehari setelah perusahaan farmasi itu mengklaim vaksinnya efektif untuk segala usia.
Kekhawatiran itu disampaikan Institut Nasional untuk Penyakit Alergi dan Infeksi (NIAID).
“Menyatakan keprihatinan bahwa AstraZeneca mungkin telah memasukkan informasi yang sudah basi dari uji coba itu, yang mungkin memberikan penilaian tak lengkap mengenai data efikasi,” kata lembaga tersebut, dikutip AFP, Selasa (23/3).
“Kami mendesak perusahaan untuk bekerja sama dengan DSMB (Dewan Pemantau Keamanan dan Data) agar meninjau dan memastikan data efektivitas yang paling akurat dan terbaru, serta dapat dipublikasikan secepat mungkin.”
Berita itu muncul ketika Eropa terus berselisih mengenai suplai vaksin. Sejumlah negara Eropa juga khawatir efek samping berupa pembekuan darah dari vaksin AstraZeneca.
Sebelumnya AstraZeneca mengklaim vaksin buatannya 79 persen efektif mencegah Covid-19 pada lansia dan tidak meningkatkan risiko pembekuan darah. Hasil itu diketahui setelah uji coba fase III di Amerika Serikat.
“Uji coba fase III menghasilkan 79 persen efektif mencegah gejala Covid-19 dan 100 persen efektif mencegah penyakit yang parah,” kata pihak perusahaan.
Uji coba itu melibatkan 32.449 peserta, dengan dua pertiganya menerima suntikan vaksin AstraZeneca.
Para peserta, sekitar 20 persen berusia 65 tahun atau lebih. Sekitar 60 persen peserta uji coba memiliki kondisi kesehatan yang terkait dengan risiko Covid-19 seperti diabetes, obesitas parah, atau penyakit jantung.(*)