Dugaan Perselingkuhan AT vs CP, Masyarakat Harapkan Kebenaran Bukan Pembenaran

Batam.Tintamediakepri.id.Dugaan asmara terlarang yang melibatkan oknum anggota DPRD Kota Batam berinisial AT dengan perempuan berparas cantik Carolein Parewan CP, semakin mempertontonkan drama pembenaran bukan kebenaran.

Carolein Parewang dalam akun media sosial Facebook miliknya, bahwa dirinya memiliki hubungan cinta terlarang (berselingkuh-red) dengan oknum anggota DPRD Kota Batam berinisial AT, dengan menyertakan berbagai bukti foto, rekaman suara, pesan chat dirinya dengan oknum AT.

Bahkan CP juga mengatakan dirinya memiliki banyak bukti pribadi, menyangkut hubungan asmara terlarangnya dengan AT.

Dari semua yang disampaikan CP juga bukanlah sebuah kebenaran yang dinilai bertentangan dengan etika moral, etika sosial dan budaya ketimuran.

Karena sejak awal menjalin hubungannya dengan AT, CP juga dapat dipastikan mengetahui bahwa AT telah memiliki anak dan istri (keluarga).

Akan tetapi terlepas dari persolan AT sudah memiliki anak dan istri (Keluarga) tidak serta merta menjadikan AT benar atas dugaan tindak perselingkuhan yang saat ini sedang ramai diperbincangkan.

Dalam berbagai pemberitaan media yang dinilai berpihak kepada AT, saat ini terlihat sedang membangun narasi pembenaran atau penggiringan opini pembenaran atas semua yang terjadi.

Sehingga dengan adanya pembentukan narasi pembenaran atau penggiringan opini pembenaran tersebut, seakan-akan ingin mengalihkan tujuan dari sebuah maksud dari kebenaran yang diharapkan.

Dalam hal ini, atau dalam dugaan kasus perselingkuhan AT dengan CP, masyarakat Batam tidak sedang menginginkan sebuah lakon atau drama pembenaran.

Melainkan yang diharapkan oleh masyarakat Batam saat ini adalah jawaban dari pertanyaan, “Apakah benar AT telah melakukan hubungan terlarang (berselingkuh) dengan CP selama dua tahun terakhir ini?”

Sampai titik ini yang kita harapkan adalah jawaban dari pertanyaan diatas. Bukan berharap akibat yang timbul dari dugaan perselingkuhan itu.

Kita juga tidak sedang berbicara tentang efek trauma yang mungkin sedang dialami oleh pihak-pihak tertentu. Bukan juga kita sedang mengharapkan sanksi yang akan diterima oleh AT dan CP, meskipun hal tersebut menjadi bagian penting setelah kebenaran ini terungkap.

Karena hal itu tentu sudah menjadi konsekuensi sebuah sebab akibat dari apa yang mereka (AT dan CP) telah lakukan, jika itu dinyatakan menjadi sebuah kesalahan dan dinilai layak untuk diberikan sanksi.

Namun yang terpenting dalam perjalanan kasus ini kita berharap tidak ada upaya pembenaran yang dicoba dilakukan masing-masing pihak, karena yang perlu saat itu bukanlah pembenaran. Melainkan kebenaran yang disertai oleh bukti.

Sebagaimana baru-baru ini muncul sebuah pemberitaan dengan judul, ”
Istri AT Mengaku Diteror Diduga Pelakor yang Mengaku Selingkuhan Suaminya.” Dari judul berita ini kita dapat melihat, ada sesuatu pembangunan narasi pembenaran dan juga penggiringan opini.

Dalam judul berita lainnya dituliskan begini, “Sok Jagoan Carolein Parewang Maki Pimred dengan Bahasa Bak Tak Makan Bangku Sekolah”. Bahkan dalam isi pemberitaan tersebut juga dituliskan kalimat yang terkesan menghakimi CP (narasumber) dengan kalimat ketenaran yang CP dapatkan adalah aib.

“Padahal ketenaran dirinya adalah sebuah aib yang tak sepantasnya dipertontonkan dan disuguhkan pada masyarakat luas.” Tulis salah satu media.

Dalam kalimat di atas kita dapat melihat adanya sikap tendensius dari penulis. Karena hal ini ditulis bukan berdasarkan pernyataan oleh pihak lain. Melainkan kalimat tersebut ditulis, berdasarkan opini dari penulisnya.

Menjadi pertanyaan, “Apa sebenarnya yang menjadi kepentingan dari penulis ini sehingga terkesan menjustifikasi sepihak (CP) dengan membangun sebuah opini yang merugikan sepihak?

Apakah jika dugaan perselingkuhan ini ternyata benar, maka yang patut dipersalahkan hanya CP sepihak?

Bukankah adanya Perebut Suami Orang (Pelakor) karena adanya Kalkulator (Kelakuan laki-laki otak kotor)?

Tidak hanya itu, dalam tulisan salah satu media yang terkesan tidak berimbang dan suka membangun opini, serta suka mengembangkan pernyataan orang lain dengan terjemahan bebas ini juga dituliskan, bahwa CP mengancam akan membunuh AT.

Sebenarnya simpel saja, jika memang benar AT dan CP tidak memiliki hubungan dan ada bentuk pemerasan, disertai dengan ancaman pembunuhan yang dilakukan oleh CP terhadap AT, mengapa kasus ini tidak pernah dilaporkan kepada pihak Kepolisian?

“Karena pemerasan dan juga ancaman pembunuhan atau menghilangkan nyawa orang, adalah tindakan kriminal.”

Untuk itu diharapkan kepada semua pihak, agar persoalan ini benar-benar dilihat dari kacamata kebenaran, bukan dari kacamata kepentingan dan juga berdasarkan faktor kedekatan dari masing-masing pihak.

Karena yang kita harapkan saat ini adalah sebuah kebenaran bukan berdasarkan pembenaran.

Kata penutup yang saya ingin sampaikan adalah, “Carilah kebenaran bukan pembenaran.

Dengan mencari kebenaran, maka kesalahan dalam diri bisa diperbaiki, namun jika mencari pembenaran maka kesalahan dalam diri akan semakin bertambah parah.(**)

Penulis :gopok sibagariang

Sumber : silabuskepri.co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *